Membangun Karakter Pemimpin Muda yang Berintegritas di Era Digital

Era digital tak hanya mengubah cara kita belajar dan bekerja, tetapi juga menguji siapa kita sebenarnya. Di sinilah integritas menjadi perisai terakhir seorang pemimpin muda.


Membangun karakter pemimpin muda yang berintegritas di era digital adalah hal yang sangat urgen untuk dilakukan, melihat perubahan dan perkembangan zaman. Dengan semua kemodernan dan kecanggihan yang terjadi di zaman ini, menuntut generasi muda tidak hanya cakap dalam keilmuan tetapi juga cakap berteknologi. Tidak dapat dipungkiri dengan kemajuan teknologi zaman ini, ada dampak positif yang dapat dirasakan, diantaranya; kemudahan berkomunikasi, transportasi, mudahnya mengakses informasi dan pengetahuan dan lain sebagainya. Di era digital yang ditandai oleh perkembangan teknologi yang pesat, karakter kepemimpian generasi muda menghadapi tantangan sekaligus peluang baru. Dikatakan tantangan dan peluang, di mana anak muda harus bisa dan siap belajar melakukan atau mencoba hal baru, namun tetap harus memegang teguh nilai moral kehidupan. Jangan sampai kecanggihan teknologi menjadikan kita lupa akan hakikat hidup kita.

Apa sajakah karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin? 

Pemimpin adalah seorang yang mampu memengaruhi orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan. Kepemimpinan adalah suatu proses dalam memengaruhi orang lain agar mau atau tidak melakukan sesuatu yang diinginkan. Ada juga yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah hubungan interaksi antara pengikut (follower) dan pemimpin yang dapat mencapai tujuan bersama. (Malondang, 2008).

Keith Devis dalam Thoha (2017:33) Merumuskan sifat umum yang tampaknya mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan. Pertama, Kecerdasan. Hasil penelitian pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan yang dipimpin. Kedua, Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial. Pemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, karena mempunyai perhatian yang luas terhadap akivitas-aktivitas sosial. Dia mempunyai keinginan menghargai dan dihargai. Ketiga, Motivasi diri dan dorongan prestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Keempat, Sikap-sikap hubungan kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya.

Diperlukan 4 sifat yang sangat mendasar dalam menjalankan kepemimpinan Rasulullah (Bachrun:2014). Pertama, Shiddiq atau dapat dipercaya, Rasulullah SAW mencintai dan berpihak pada kebenaran yang datang dari Allah SWT. Kedua, Tabligh (Penyampai) atau kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi. Tabligh adalah sifat yang mengharuskan seseorang menyampaikan apa yang wajib disampaikan, tidak ada yang disembunyikan. Ketiga, Amanah (bertanggungjawab), dalam menjalankan tugasnya amanah adalah sifat dimana seseorang akan selalu bertanggungjawab melaksanakan beban yang diembankan kepadanya, tanpa ada pengurangan maupun penambahan sehingga ia mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Keempat, Fathanah (cerdas) dalam membuat perencanaan, visi, misi, strategis, implementasi dan pengendaliannya. Fathanah adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang untuk menjadi pemimpin, karena tidak mungkin seorang pemimpin mampu melaksanakan kepemimpinannya tanpa mengetahui ilmu pengetahuan.  

Pemimpin muda yang cerdas di era digital

Kita membutuhkan pemimpin muda yang cerdas di era digital, tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual. Dengan pemimpin muda yang cerdas intelektual diharapkan agar bisa mengikuti perkembangan zaman. Keterkaitan antara pemimpin muda dengan kecerdasan intelektual di era digital sangat erat, di mana kecerdasan intelektual (termasuk literasi digital) menjadi dasar bagi pemimpin muda untuk beradaptasi dan memimpin di lingkungan yang berubah cepat. Ini mencakup kemampuan berpikir kritis, berinovasi, menguasai teknologi  informasi dan komunikasi. Pemimpin muda perlu memiliki literasi digital yang kuat agar dapat memanfaatkan teknologi secara produktif dan kritis. Pemikiran kritis dan adaptif era digital menuntut pemimpin untuk cepat tanggap dan peka terhadap perubahan.

Pemimpin muda yang cerdas emosional, keterkaitan antara pemimpin muda dengan kecerdasan emosional di era digital sangatlah erat dan krusial. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi yang mempengaruhi cara kerja dan interaksi sosial, kecerdasan emosional tidak lagi hanya dianggap sebagai keahlian lunak (soft skill), tetapi juga menjadi kompetensi inti yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin muda yang ingin sukses. Kecerdasan emosional sebagai fondasi kepemimpinan digital, di mana seorang pemimpin memahami komunikasi digital (email, pesan instan, media sosial) memengaruhi emosi diri dan orang lain. Regulasi diri digital, mengelola emosi seperti menahan diri untuk tidak bereaksi negatif di platfrom digital atau menyebarkan kepanikan melaui pesan teks. Empati digital, memahami perasaan anggota tim yang tidak terlihat secara langsung. Membaca suasana hati tim melalui interkasi virtual dan mendengarkan secara aktif dalam rapat daring.

Pemimpi muda yang cerdas spriritual. Keterkaitan antara pemimpin muda dengan kecerdasan spiritual di era digital sangat erat dan krusial. Di tengah derasnya arus informasi dan perubahan cepat, pemimpin muda yang memiliki kecerdasan spiritual akan mampu membawa kepemimpinan yang lebih berintegritas, berempati dan bertujuan. Di era digital menciptakan perubahan yang sangat cepat, sering kali tanpa makna yang jelas. Kecerdasan spiritual membantu pemimpin muda untuk tidak hanya beradaptasi, tetapi juga menemukan makna yang lebih dalam di balik setiap perubahan dan tantangan. Dalam dunia digital yang mengutamakan popularitas dan cita diri, kecerdasan spiritual akan membimbing pemimpin muda untuk fokus pada nila-nilai yang mendasar, integritas dan tujuan jangka panjang, bukan sekedar pengakuan atau pencapain material yang sementara. Ketika dihadapkan pada dilema etika terkait teknologi, seperti privasi data, kecerdasaan spiritual akan membimbing pemimpin muda untuk mengambil keputusan yang benar dan adil, bukan hanya menguntungkan secara finansial. Pemimpin muda dengan kecerdasan spiriual cenderung menciptakan budaya kerja yang positif, di mana seiap anggota tim merasa dihargai, didukung dan termotivasi untuk mencapai potensi penuh mereka. 

Di tengah gempuran canggihnya teknologi di era digital ini, seorang pemimpin muda tidak hanya harus cakap pada pengetahuan saja, tetapi juga cakap teknologi agar bisa mengimbangi perkembangan zaman. Seorang pemimpin muda harus cerdas baik cerdas intelektual, emosional juga cerdas spiritual untuk menghadapi kompleksitas dan dinamika perubahan dengan kemampuan inovasi, kolaborasi yang efekif dan ketahanan menal. Kecerdasan intelekual membantu dalam pemecahan masalah dan mengambil keputusan. Kecerdasan emosional membantu dalam mengelola hubungan, motivasi tim dan menavigasi tekanan. Sementara kecerdasan spiritual memberikan fondasi makna, ketahanan dan panduan etis dalam menghadapi rintangan.     


0 Komentar